Problematika Pergerakan Lintas Batas Negara | Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Timur
Samarinda (19/4) – Pada Rabu (13/4/2022) lalu, Prodi Hubungan Internasional –Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Timur (UNU Kaltim) berhasil menyelenggarakan webinar bertajuk ‘Problematika Pergerakan Lintas Batas Negara”. Selain menghadirkan narasumber dari UNU Kaltim sendiri, dalam hal ini Yusnan Hadi Mochtar, webinar tersebut juga menghadirkan pembicara dari Jakarta seperti Darynaufal Mulyaman dari Universitas Kristen Indonesia, dan Kanya Damarcanti dari Indonesian Institute of Advanced International Studies (INADIS). Acara dilaksanakan melalui Zoom Meeting dan dihadiri oleh 42 peserta.
Prodi HI berpandangan bahwa topik tersebut menarik untuk didiskusikan untuk memahami perkembangan terkini isu-isu terkait seperti perdagangan dan pengungsi yang mewarnai pergerakan lintas batas negara. Dimoderatori oleh Khairil Ramadhani dan dibuka oleh Heppy Liana selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Kependidikan, serta Annisa Kirana Andaneswari sebagai Plt. Kaprodi HI, diskusi tersebut cukup dinamis karena dapat melihat benang merah dari isu pergerakan lintas batas negara dengan perspektif yang beragam. Masing-masing pemateri melihat pergerakan lintas batas negara tidak hanya sekedar dari sisi pergerakan manusia namun juga pergerakan ideologi dan juga barang.
Pada kesempatan pertama, Darynaufal memaparkan perihal borderless situation di era globalisasi yang menyebabkan barang dapat bergerak melampaui batas-batas negara. Hal ini tidak lain disebabkan karena negara melihat kepentingan ekonomi nasional yang ternyata dapat dicapai dengan kerjasama perdagangan internasional. Isu yang diangkat oleh Darynaufal memang terlihat sebagai isu HI kontemporer, namun sebenarnya isu tersebut merupakan basic thought dari HI yang menekankan pada perspektif liberalisme. Dalam hal ini teori comparative advantage dan competitive advantage menjadi teori penting untuk dapat menjelaskan fenomena perdagangan internasional yang mampu memobilisasi
barang-barang. Darynaufal memberi contoh yang konkrit bahwa sebuah komoditas menjadi cerminan dari sebuah integrasi negara. Buah pir potong kemasan dibuat di Argentina namun dikemas di Thailand hanyalah salah satu contoh mobilitas dari sebuah komoditas. Dalam paparannya Darynaufal melihat pentingnya meningkatkan perdagangan global untuk integrasi dan stabilitas politik ekonomi dunia.
Berbeda dari Darynaufal yang memaparkan isu mobilitas barang, Yusnan mencoba melihat dari sisi mobilitas manusia. Secara lebih khusus, Yusnan mempresentasikan “Pertentangan Politik antara Pengungsi dan Kelompok Sayap Kanan di Eropa”. Dari isu tersebut, Yusnan berpandangan bahwa pertarungan identitas antara pengungsi dan kelompok sayap kanan menjadi relevan. Kelompok sayap kanan, dalam hal ini pihak yang menentang pengungsi maupun imigran, menganggap mereka sebagai ancaman terhadap keamanan dan ‘identitas Eropa’. Yusnan juga menyebutkan, gagasan seperti ini problematik karena bertentangan dengan nilai integrasi dan pluralisme yang selama ini digaungkan oleh Eropa. Sebagai tambahan, Yusnan mengidentifikasi peran masyarakat sipil dalam mengadvokasi hak pengungsi.
Kajian lintas batas negara selama ini didominasi oleh penstudi HI, namun pada seri webinar kali ini, HI UNU Kaltim menghadirkan seorang peneliti yang melihat dari sisi psikologi Kanya berusaha untuk menganalisa stressor atau pemicu stress dari remaja laki-laki Hazara pencari suka di Indonesia. Selain itu juga, paparan dari Kanya mencoba untuk membedah coping strategy yang dapat dilakukan untuk mengatasi isu tersebut . Kajian dari segi non-politis ini tentu sangat diperlukan untuk memperluas fokus kajian sehingga sifat kajian lintas batas negara tidak menjadi state-centris, high politic dan terkesan melupakan dinamika isu yang muncul di akar rumput.